dr Kamajaya SpAnd

Senin, 25 Mei 2009

HIPERPROLAKTINEMIA

HIPERPROLAKTINEMIA :
EFEK TERHADAP SISTEM REPRODUKSI PRIA
Kamajaya.
ABSTRAK
Hiperprolaktinemia adalah meningkatnya kadar hormon prolaktin diatas kadar normal. Penyebab hiperprolaktinemia pada pria dibagi atas : 1. Tumor dan 2. Non-tumor. Hiperprolaktinemia. menyebabkan berbagai efek terhadap penderitanya, a.l. efek terhadap sistem reproduksi ataupun terhadap fungsi homeostasis. Efek hiperprolaktinemia pada pria berupa : hipogonad, hilangnya libido, impotensi, gangguan spermatogenesis, ginecomastia, dan galaktorhoe. Untuk diagnosa, selain ditemui nya kadar prolaktin plasma yang tinggi, harus pula dilakukan analisa : Testosteron, Estradiol, LH dan b-HCG. Pengobatan hiperprolaktinemia tergantung dari kausa, tumor atau non-tumor. Pada kausa tumor. dilakukan terapi surgeri disertai radiasi dan / anti neoplasma. Pada non-tumor, pengobatan berupa : 1. Androgen (testosterone, dihydrotestosterone, danazol), 2. Antiestrogen (Clomiphene citrate, Tamoxifen), dan 3. Aromatase Inhibitor misalnya testolacton .

Sabtu, 23 Mei 2009

Mikropenis

Mikropenis adalah keadaan dimana panjang penis anak sangat kurang dibandingkan dengan panjang rata-rata penis anak seumurnya. Untuk itu perlu diketahui standar panjang penis anak sebanding dengan usia nya. Pengukuran panjang penis dilakukan sewaktu penis tidak tegang (ereksi), dan diukur menggunakan penggaris (rol) mulai dari dasar penis (symphisis pubis) hingga ujung kepala (glans) penis setelah penis diregang.
Menurut (Schonfeld, dkk.,1942) ukuran penis anak sesuai dengan usianya adalah
Usia Ukuran penis Usia Ukuran penis
O – 5 bulan 3.0 – 3.9 cm 4 – 5 tahun 4.9 – 6.4 cm
6 – 12 bulan 3.1 – 4.6 cm 5 – 7 tahun 5.1 – 6.9 cm.
1 – 2 tahun 3.3 – 4.9 cm 7 – 9 tahun 5.3 – 7.3 cm
2 – 3 tahun 4.2 – 5.8 cm 9 – 11 tahun 5.3 – 7.3 cm
3 – 4 tahun 4.4 – 6.3 cm > 12 tahun 10 – 15.1 cm
Mikropenis umumnya sudah tampak sejak bayi, namun kurang menjadi perhatian orang-tua.
Berdasarkan pengalaman, umumnya orang-tua tidak mengetahui bahwa penis anak laki-lakinya kecil. Disamping diusia anak sekitar 8 tahun keatas orang-tua sudah jarang memandikan anak laki-lakinya, juga karena ketidak-tahuan orang tua tentang alat reproduksi ini, dan adanya pendapat awam bahkan petugas kesehatan yang menganggap bahwa penis akan bertumbuh menjadi normal mmenjelang dan setelah pubertas. Ukuran penis kecil baru menjadi perhatian orang-tua umumnya setelah mengetahui melalui :
1. Mantri sunat / dokter yang akan melakukan sunat-rasul (circumsisi), 2. Adik kandung laki-laki yang meperbandingkan panjang penis abangnya dengan penisnya sendiri, dan 3. Teman laki-laki sekelas yang mengintipnya sedang buang-air kecil, sebab anak ini selalu tidak mau kencing bersama dengan teman-temannya.
Setelah mengetahui bahwa anak laki-laki nya mempunyai penis yang kecil, orang-tua menjadi panik sebab tidak tahu harus bertanya kemana. Dokter adalah orang pertama untuk memberikan informasi yang benar tentang keadaan ini.

Arti mikropenis sebagai organ reproduksi pria.
Mikropenis hanyalah sebuah petunjuk / tanda (symptom) tentang kurang berfungsinya hormon kelamin (reproduksi) pria (testosteron). Tidak bertumbuhnya penis secara normal dapat disebabkan oleh : pertama karena produksi hormon reproduksi rendah dan kedua efek kerja hormon reproduksi terhadap perkembangan penis yang abnormal/kurang.
Pertumbuhan dan perkembangan penis dipacu oleh salah-satu produk androgen (hormon reproduksi pria) yakni dihydrotestosteron (DHT); hormon ini disintesa dari androgen yang diproduksi oleh sel-sel khusus (Sel Leydig) di testis.Terjadinya mikropenis tidak berdiri sendiri, umumnya disertai dengan testis yang kurang / tidak berkembang, sehingga volume testis tidak sesuai dengan volume testis yang berkembang normal seusia anak tersebut.
Volume testis setelah pubertas lebih dari 70% ditentukan oleh kapasitas produksi sperma nya, dengan demikian yang paling ditakutkan dengan mikropenis adalah ketidak-suburan (infertilitas).

Perawatan dan pengobatan mikropenis.
Oleh karena mikropenis hampir selalu disertai dengan volume testis yang kecil d), maka dianggap mikropenis adalah sebagai tanda adanya hypogonad. Oleh karena itu sebaiknya orang-tua memberikan perhatian khusus dalam perkembangan organ kelamin anak laki-lakinya sebelum usia pubertas.
Hypogonad dengan mikropenis terjadi sekunder oleh karena kadar produksi hormon reproduksi yang dihasilkan hipofisa yang rendah atau tidak adekwat untuk perkembangan testis dan penis. Terapi sulih hormon reproduksi adalah cara untuk pengobatan keadaan ini. Untuk memperbesar penis yang kecil dapat dengan cepat dan biaya lebih murah dengan pemberian testosteron, namun obat ini tidak akan memperbaiki fertilitas pria. Oleh sebab itu sebelum pubertas, terapi yang paling baik adalah dengan hormon yang diproduksi hipofisa (gonadotropin) atau derivat nya. Hormon ini, men stimulasi perbiakan induk sperma (spermatogonia) untuk menambah jumlahnya, menstimulasi sel-sel Leydig testis untuk sintesa androgen menjadi dihydrotestosteron (DHT), dan berfungsi merangsang pertumbuhan penis secara proporsional. Hormon hipofisa dan sejenisnya ini juga meransang pembiakan sel-sel induk sperma (sel germinal/spermatogonia), menambah jumlahnya; dengan demikian dapat memperbaiki kesuburan (fertilitas) nya.

Kesimpulan.
Mikropenis merupakan kelainan reproduksi pria yang tidak jarang dijumpai. Mikropenis umumnya sebagai pertanda / disertai dengan gangguan perkembangan testis (hypogonad). Lelaki dewasa hypogonad dapat menjadi infertil (tidak subur), bahkan sebagian besar tidak dapat menikah.
Terapi terhadap mikropenis harus dilakukan sebelum usia pubertas, ditujukan terutama untuk perbaikan fertilitasnya dengan menstimulasi perbanyakan induk sperma (spermatogonia), yakni dengan terapi sulih hormon gonadotropin hipofisa atau derivat nya, dan sekunder juga akan memperbaiki perkembangan penis nya.

Kepustakaan.
1. American Academy of Pediatrics. Evaluation of the newborn with developmental anomalies of the external genitalia. Pediatrics, 106(1):139-142,2000.
2. Menon, PS., Khatwa, UA.. The child with micropenis. Indian J.pediatr. 67(6);455-460,2000.
3. Nachtigall, I.B., Boepple, P.A., et.al. Adult onset idiophatic hypogonadotropin-hypogondism – a treatable form of male infertility. New England J.Med. 336;410,1997.
4. Schonfeld WA, Beebe, GW., Normal growth and variation in male genitalia from birth to maturity. J.Urol, 64;759-777, 1942.

• Dosen Dept.Biologi FK-USU.Medan.-20155.
• Praktek : Jl Tridharma no.24 (Pintu-4 Kampus USU), Medan 20155.